Alkisah hiduplah seorang wanita bernama Dewi Limaran, istri dari Raden Putra. Hidupnya begitu bahagia bersama suaminya di istana.
Walaupun Raden Putra mempekerjakan beberapa pelayan untuk dirinya, Dewi Limaran terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri. Ia mahir memasak, membersihkan kamar, dan lain-lain.
Selain itu, Dewi Limaran juga gemar berkebun. Dia telah menanam beberapa bunga dan tanaman obat di taman istana.
Raden Putra sangat menyayangi istrinya. Terkadang ia ikut membantu sang istri berkebun. Bahkan kebun itu tampak lebih rapi dan terawat dari pada kebun yang ada di istana raja yang diolah oleh beberapa tukang kebun raja.
Suatu hari, ada utusan raja yang datang ke istana Raden Putra. Dia membawa titah sang raja bahwa Raden Putra harus berangkat membawa pasukannya ke perbatasan karena telah terjadi bentrokan memperebutkan hasil hutan.
Sebagai prajurit tangguh, Raden Putra langsung menyiapkan pasukannya dan segera berangkat ke perbatasan. Sebelum berangkat, tak lupa Raden Putra berpesan kepada istrinya untuk berhati-hati dan menjaga kebun mereka.
Beberapa hari telah berlalu, Raden Putra belum juga kembali dari perbatasan. Namun, Dewi Limaran cukup tenang dan yakin suaminya akan segera kembali. Dia masih tetap merawat kebun bunganya di belakang istana.
Saat ia sedang berjalan-jalan di taman, ia menemukan sebuah keong di salah satu bunga dan kemudian melemparnya. Keong itu ternyata adalah seorang penyihir jahat yang sedang menyamar dan memata-matai tindak tanduk Raden Putra.
Ketika cangkangnya terlepas, keong itu pun berubah wujud ke asalnya. Dewi Limaran tampak kaget melihat hal ini. Sebelum Dewi Limaran sempat berteriak memanggil pelayannya, sang penyihir telah lebih dulu mengucapkan matranya, dan mengubahnya menjadi keong emas.
Kejadian hilangnya Dewi Limaran membuat gempar kerajaan. Raden Putra yang baru kembali dari perbatasan setelah menyelesaikan tugas tampak kalut dan bersedih. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapati istri tercintanya menghilang dari istana.
Raden Putra lalu mengirimkan mata-mata ke seluruh penjuru kerajaan. Segala cara ia lakukan. Namun, Dewi Limaran tidak juga ditemukan.
Raden Putra tidak lagi mengurus tamannya, tapi dia dengan sejumlah kecil pasukannya berkelana berkeliling negeri untuk mencari istrinya yang hilang. Taman yang indah tersebut kini hanya diurus oleh beberapa pelayan Raden Putra.
Pada suatu hari, di desa di dekat istana Raden Putra, seorang nenek memancing di suatu sungai. Saat ia pulang, ia menemukan sebuah keong berwarna emas di antara tangkapannya. Ini adalah hal aneh. Karena tidak pernah ia mendapati seekor pun keong dalam jaringnya, apalagi yang berwarna emas.
Sang nenek pun dengan senang hati membawa keong emas itu pulang. Sesampainya di rumah diletakkannya keong tersebut di dalam baskom berisi air.
Keesokan harinya nenek tadi kembali berangkat ke sungai untuk mencari ikan guna dijualnya di pasar dan makannya sehari-hari.
Namun alangkah terkejutnya ia ketika pulang ke rumah. Ia mendapati rumahnya telah dibersihkan. Si nenek tak habis pikir. Bagaimana rumahnya bisa jadi sebersih ini? Padahal tadi pagi ia pergi terburu-buru ke sungai. Ia tak sempat membereskan rumahnya karena bangun kesiangan.
Karena rasa ingin tahunya, keesokan harinya, ia pura-pura pergi ke luar. Namun, baru beberapa langkah, ia kemudian berbalik dan mengintip ke arah rumahnya.
Alangkah terkejutnya sang Nenek. Ia melihat seorang anak perempuan cantik sedang membersihkan rumahnya. Sang nenek pun mendekati anak perempuan itu. Ia begitu penasaran untuk mengetahui siapa sebenarnya anak perempuan yang telah berbaik hati membersihkan rumahnya.
Anak perempuan yang ternyata adalah Dewi Limaran itu pun menceritakan apa yang dialaminya. Ketika mendengar cerita Dewi Limaran, maka dibantinglah keong emas itu ke tanah. Maka, musnahlah kutukan yang diterima oleh Dewi Limaran.
Sang Nenek kemudian mengantar Dewi Limaran kembali ke istana. Para pengawal dan pelayan istana Raden Putra kaget mendapati Dewi Limaran telah kembali. Beberapa pengawal pun dikirim untuk mencari keberadaan Raden Putra. Raden Putra kembali ke istananya dan hidup bersama dengan istrinya. Mereka pun hidup
Comments
Post a Comment